Copyright © Muhammad Abdan Syakuran
Design by Dzignine
Selasa, 02 Juli 2019

Penulisan Bebas 1

Sudah sebulan berlalu sejak lebaran terakhir, tidak setiap tahun saya mudik ke kampung halaman. Mungkin saat kecil hampir tiap tahun karena kakek dari ayah masih ada. Namun sekarang rasa keinginan mudik berkurang karena beliau sudah wafat, hanya tersisa kerabat saja disana. Sebenarnya tahun 2018 kami sekeluarga pergi mudik ke Palembang karena ada uwa atau sebutan dengan bahasa disana yaitu panda meninggal dunia. Padahal beliau sangat dekat dengan keluarga kami.

Beliau pernah beberapa kali ke rumah saya di bogor. Jarak yang cukup jauh dari Palembang ke bogor namun beliau tetap tidak melupakan silaturahmi. Saat pergi ke sini, hanya panda dan menantu perempuan yang datang tidak ada laki-laki dewasa yang mendampingi namun salutnya mereka tetap berani. Ingat sekali beliau mau memberi kejutan dengan berkunjung ke rumah saudaranya yang di bogor tanpa bilang-bilang. Lucunya hal itu gagal karena sudah keliling komplek ternyata lupa alamat rumahnya dimana, jadinya mau tidak mau harus telpon saudaranya itu. Dan kegagalan tidak datang sekali, setelah ditelpon ternyata beliau tidak sedang dirumah. Apes sekali rasanya saat itu, sudah jauh-jauh datang tapi tidak bertemu. Namun kami semua lewati itu dengan ketawa. 

Tidak disangka pertemuan terakhir kita pada saat itu. Menurut anaknya sebelum beliau meninggal, ia sempat merasakan tidak enak badan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Biasanya beliau tidak ke rumah sakit bila penyakit yang diderita tidak begitu parah, namun saat itu beliau ingin ke dokter. Tidak disangka-sangka pada hari yang bersamaan sekitar jam 4 sore beliau meninggal dunia. Ditelpon lah keluarga di bogor yang sempat tidak percaya karena tidak pernah ada cerita tentang sakitnya beliau. Semuanya syok terlebih ibu saya yang sangat dekat dengan beliau. Tanpa pikir panjang kita sekeluarga langsung ke Palembang. Padahal posisi kakak saya ada di Bandung saat itu dan kita janjian di bandara soekarno hatta agar berangkat bersama-sama. Sampai disana malam hari sekali, kita ke rumah beliau menggunakan grab car. Jaraknya sangat jauh dari bandara, namun perjalanan sangat lancar karena jalanan yang begitu sepi. Sesuai perkiraan sampai di lokasi almarhum sudah dimakamkan. Lokasi pemakaman beliau di pemakaman bom baru. Cukup jauh dari rumah karena jalan yang dilewati harus memutar sebab melewati sungai musi.

Keesokan harinya kami melayat ke pemakaman almarhum di bom baru, lokasinya dekat dengan pelabuhan kapal yang bertujuan bangka belitung. Mungkin tahu akan lebih cepat ke lokasi pemakaman karena adanya jembatan musi IV. Pemakaman yang menurut saya kurang teratur itu akhirnya dipenuhi dengan kerabat dan saudara yang datang. Beberapa hari kita disana dan pulang kita menggunakan pesawat. Berbeda dengan saat berangkat, kita pulang dengan tujuan bandara halim perdanakusuma. Tidak seperti bandara soekarno hatta, bandara halim perdanakusuma cukup kecil dan tidak banyak maskapai lalu lalang di bandara tersebut. Positifnya lokasi bandara halim perdanakusuma lebih dekat ke bogor dibanding bandara soekarno hatta yang menempuh waktu 2 jam. Setelah sampai dirumah kita semua langsung beristirahat karna kondisi yang kelelahan.

0 komentar:

Posting Komentar